Teknologi AI Membantu Menyamakan Kesempatan Bagi Siswa Penyandang Disabilitas

AI Membantu Siswa dengan Disabilitas Belajar Lebih Baik

Makenzie Gilkison, seorang gadis berusia 14 tahun dari pinggiran Indianapolis, menghadapi tantangan besar dengan disleksia yang membuat ejaan kata-kata menjadi sulit. Kata seperti “rhinoceros” bisa berubah menjadi “rineanswsaurs,” dan disleksia juga membuatnya kesulitan memahami arti kata setelah mengucapkannya.

Pada masa kecilnya, Makenzie merasa tidak percaya diri di sekolah dasar. “Saya pikir saya bodoh,” kenangnya. Namun, dengan bantuan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI), Makenzie mampu mengimbangi pelajaran bersama teman-temannya. Berkat alat seperti chatbot AI, program prediksi kata, dan perangkat pembaca teks, ia bahkan terpilih menjadi anggota National Junior Honor Society. “Tanpa alat-alat itu, mungkin saya sudah menyerah,” ungkapnya.

Peran AI dalam Mendukung Siswa dengan Disabilitas

Kecerdasan buatan menawarkan solusi baru bagi siswa dengan berbagai disabilitas, termasuk kesulitan penglihatan, bicara, bahasa, dan pendengaran. Teknologi ini membantu mereka menyelesaikan tugas-tugas yang sebelumnya sulit.

Misalnya, alat berbasis AI dapat menyederhanakan teks rumit, menerjemahkan karya sastra menjadi lebih mudah dipahami, atau mengubah suara komputer menjadi lebih alami. Siswa dengan gangguan penglihatan dan disleksia kini dapat mendengarkan teks secara efisien.

Menurut Alexis Reid, seorang terapis pendidikan dari Boston, teknologi ini tidak dianggap sebagai bentuk “kecurangan.” Sebaliknya, “kita bertemu siswa di tempat mereka berada,” ujarnya, menekankan pentingnya mendukung kebutuhan individual siswa.

Teknologi AI di Kelas

Ben Snyder, siswa kelas 9 dari New York, menggunakan AI untuk membantu pekerjaannya. Ketika soal matematika sulit dimengerti, ia memanfaatkan program Question AI yang menjelaskan solusi dengan berbagai cara. Dalam waktu singkat, ia dapat menyusun kerangka laporan buku—tugas yang biasanya memakan waktu lebih dari satu jam.

Namun, Ben merasa penting untuk menjaga integritas dalam belajar. “Menggunakan AI untuk menulis seluruh laporan adalah kecurangan,” tegasnya.

Prioritas untuk Penyandang Disabilitas

Departemen Pendidikan AS mendorong sekolah untuk memberikan akses teknologi kepada siswa penyandang disabilitas. Peraturan baru juga mewajibkan institusi pendidikan menyediakan konten daring yang ramah disabilitas. Meskipun demikian, teknologi ini tetap dirancang untuk mendukung perkembangan keterampilan siswa, bukan menggantikannya.

Paul Sanft, direktur sebuah pusat teknologi di Minnesota, menegaskan bahwa AI dapat menciptakan peluang yang sebelumnya tidak ada. Meskipun ada risiko penyalahgunaan, sebagian besar siswa dengan disabilitas hanya ingin mendapatkan kesempatan yang setara.

Tantangan Etis dan Teknologi Baru

Meskipun AI membawa manfaat besar, ada risiko lain yang harus dipertimbangkan, seperti potensi penyalahgunaan data atau dampak etis jika AI secara tidak sengaja mengungkapkan disabilitas siswa. Menurut Luis Perez dari CAST, penggunaan AI harus dilakukan dengan hati-hati untuk melindungi privasi siswa.

Selain itu, alat bantu seperti perangkat teks-ke-suara masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut agar lebih efektif untuk anak-anak dengan gangguan bicara.

Optimisme di Masa Depan

Nadine Gilkison, ibu Makenzie yang juga bekerja sebagai supervisor teknologi di sekolah, melihat potensi besar dalam penggunaan AI. Di sekolahnya, chatbot telah diluncurkan untuk mendukung siswa pendidikan khusus. Guru yang biasanya kesulitan memberikan perhatian individu kepada siswa merasa terbantu oleh program ini.

“Teknologi ini memberikan siswa kebebasan untuk belajar sendiri tanpa harus menunggu bantuan,” ujarnya. Dengan perkembangan AI, siswa dengan disabilitas kini memiliki peluang lebih besar untuk mengatasi tantangan mereka dan mencapai kesuksesan di dunia pendidikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *