Minat terhadap kecerdasan buatan generatif (AI) terus meningkat, terutama sejak peluncuran ChatGPT oleh OpenAI pada November lalu. Namun, respons dari kalangan akademisi cukup beragam. Banyak yang khawatir tentang dampak AI pada integritas akademis, terutama risiko konten yang bias, tidak akurat, atau mengandung informasi keliru, fenomena yang dikenal sebagai “halusinasi.” Menurut Homan Harouni, dosen di Universitas Harvard, tantangan ini menuntut pendidik untuk memahami perkembangan teknologi yang pesat sekaligus membimbing siswa agar dapat beradaptasi secara bijak di dunia digital.
Menghadapi Tantangan Teknologi
Harouni menekankan pentingnya mengatasi rasa takut terhadap AI. Menurutnya, alih-alih mengabaikan atau menghindari teknologi seperti ChatGPT, pendidik sebaiknya membekali siswa dengan pemahaman tentang bagaimana memanfaatkannya secara bertanggung jawab. Untuk itu, pelatihan guru dan program pengembangan profesional perlu memasukkan pembelajaran tentang kecerdasan buatan.
Saran Harouni untuk Pendidik
- Berhenti Mengabaikan Kehadiran Teknologi
Harouni mengajak para pendidik untuk membimbing siswa menghadapi dunia secara autentik. Banyak siswa sudah mengenal dan mencoba teknologi seperti ChatGPT, tetapi mereka membutuhkan bimbingan untuk menggunakannya dengan tepat. Pelatihan yang mencakup AI harus menjadi bagian integral dari kurikulum guru. - Gunakan AI Bersama Siswa
Pendidik dapat menggunakan AI untuk mendorong interaksi yang lebih dalam. Contohnya, guru dapat membagikan respons ChatGPT terhadap suatu pertanyaan selama pelajaran, lalu meminta siswa untuk menganalisisnya. Alternatif lain, siswa didorong bereksperimen dengan AI di rumah, mencatat pengalamannya, dan mendiskusikan hasilnya di kelas. - Ajarkan Siswa Bertanya pada AI
Harouni menyoroti pentingnya melatih siswa untuk mengajukan pertanyaan yang relevan. Tidak seperti AI, manusia dapat bertanya pada dirinya sendiri. Dengan demikian, siswa perlu dilatih untuk memulai dengan pertanyaan yang benar-benar menarik perhatian mereka. Setelah itu, mereka dapat menggunakan AI untuk mencari jawaban dan menggali lebih dalam. Harouni memberikan contoh pengalaman pribadinya menggunakan AI untuk menjawab pertanyaan anak tirinya, menunjukkan bahwa peran pendidik dimulai setelah AI memberikan jawaban. - Manfaatkan AI untuk Memicu Imajinasi
Kekhawatiran bahwa AI generatif dapat memudahkan siswa menyontek memang valid. Namun, Harouni berpendapat bahwa hal ini justru menjadi tantangan bagi guru untuk mengevaluasi ulang metode pengajaran. Jika AI dapat memberikan jawaban dengan mudah, maka tugas-tugas akademik perlu dirancang ulang agar mendorong siswa untuk berpikir kritis dan memperluas kerangka berpikir mereka. AI dapat digunakan untuk memperkaya studi kasus dan membantu siswa mengatasi batas imajinasi mereka.