Kecerdasan Buatan dalam Dunia Bisnis: Pengaruh dan Aplikasinya
Jika Anda pernah menggunakan chatbot untuk menghubungi layanan pelanggan, atau bertanya-tanya mengapa iklan yang Anda lihat selalu sesuai dengan minat Anda, maka Anda telah berinteraksi dengan kecerdasan buatan (AI). Bahkan jika Anda tidak menggunakan perangkat pintar atau asisten virtual di rumah atau tempat kerja, kemungkinan besar Anda sudah berinteraksi dengan AI, mengingat penggunaannya yang semakin meluas di dunia bisnis.
Menurut Paul Daugherty, Chief Technology and Innovation Officer di Accenture, dalam sebuah artikel terbaru dari Salesforce, perusahaan yang tidak memanfaatkan AI dan data untuk mendukung inovasi di berbagai aspek bisnis mereka akan tertinggal dalam persaingan yang semakin ketat.
Berikut adalah 7 contoh umum penggunaan kecerdasan buatan dalam bisnis.
1. Produk Pintar (Smart Products)
Dari lampu hingga termostat, produk pintar yang dilengkapi dengan AI kini tersedia di pasaran. Produk ini dirancang untuk mempermudah hidup dan meningkatkan efisiensi. Sebagai contoh, vacuum robot generasi terbaru seperti Deebot Ozmo dari Ecovacs, tidak hanya menyedot debu tetapi juga dilengkapi dengan AI dan teknologi interpretasi visual untuk mengenali serta menghindari rintangan secara otomatis.
2. Asisten Pintar (Smart Assistants)
Asisten virtual yang didukung oleh AI, seperti Alexa, Siri, Cortana, dan Google Assistant, memungkinkan pengguna mengontrol perangkat rumah pintar melalui suara, mengakses kalender, mencari informasi, melakukan panggilan, mengirim pesan, memesan produk, dan banyak lagi. Asisten ini dapat memahami bahasa alami, mengenali wajah, mengidentifikasi objek, dan berinteraksi dengan perangkat lain.
3. Chatbot (Helpdesk Chatbots)
Chatbot adalah program yang dirancang untuk meniru percakapan manusia. Pengguna berkomunikasi melalui antarmuka teks atau suara, dan chatbot menafsirkan input serta memberikan respons yang sudah diprogram sebelumnya. Chatbot terbagi dalam tiga jenis:
- Berbasis aturan: Menyediakan jawaban untuk pertanyaan tertentu.
- Kecerdasan: Menggunakan pembelajaran mesin untuk memahami dan belajar dari interaksi pengguna.
- Bertenaga AI: Menggabungkan aturan dan kecerdasan, dapat mengingat konteks dan preferensi pengguna, serta menggunakan pemrosesan bahasa alami.
4. Teknologi Pengenalan Wajah (Facial Recognition Technology)
Pengenalan wajah menggunakan AI untuk menganalisis geometri wajah, termasuk jarak antara mata dan dari dahi ke dagu, serta menghasilkan rumus matematika yang dibandingkan dengan database wajah yang sudah dikenal. Teknologi ini diterapkan oleh berbagai organisasi, mulai dari bandara hingga pemasaran dan pengiklan di media sosial seperti Facebook.
5. Rekomendasi yang Dipersonalisasi (Personalized Recommendations)
Rekomendasi produk yang dipersonalisasi didasarkan pada perilaku pengguna, seperti item yang sering dilihat atau dibeli bersama. Misalnya, Amazon menawarkan fitur seperti “sering dibeli bersama” dan “pelanggan yang melihat ini juga melihat…”. Konsumen lebih suka berbisnis dengan merek yang memahami dan memenuhi preferensi pribadi mereka.
6. Pemeliharaan Prediktif (Predictive Maintenance)
AI juga digunakan dalam pemeliharaan prediktif untuk meminimalkan waktu henti peralatan. Dengan menganalisis data penggunaan dan kondisi peralatan, AI dapat memprediksi kapan peralatan akan mengalami kerusakan dan memerlukan perawatan. Ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan pemeliharaan sebelum masalah terjadi, mengurangi biaya perbaikan, dan meningkatkan efisiensi operasional.
7. Deteksi Penipuan (Fraud Detection)
AI berperan dalam mendeteksi dan mencegah penipuan di dunia bisnis. Bank dan perusahaan lain kini menggunakan model pembelajaran mesin untuk mendeteksi transaksi mencurigakan hampir secara real-time. Misalnya, perusahaan seperti Teradata dan Datavisor menawarkan solusi AI untuk deteksi penipuan, dengan Datavisor mengklaim dapat mendeteksi 30% lebih banyak penipuan dengan akurasi 90%.
Etika dalam Penggunaan AI di Dunia Bisnis
Meskipun AI menawarkan banyak manfaat, penggunaannya juga memunculkan tantangan etika, terutama dalam hal memperkuat bias sosial. Hal ini menciptakan kebutuhan untuk transparansi dalam pengambilan keputusan algoritmik serta pemahaman tentang cara kerja dan audit keputusan AI. Kemampuan untuk menjelaskan cara kerja sistem AI akan semakin penting, terutama dalam sektor publik.
Dengan pelatihan dan pendidikan yang tepat, akan ada peluang pekerjaan bagi profesional etika AI atau manajer etika, karena bisnis semakin menyadari pentingnya pengawasan dalam penggunaan AI.